“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Senin, 09 Desember 2013

Mazmur 118:1-9 (Khotbah Malam Akhir Tahun, 31 Desember 2013)

Mengucap Syukur

Pendahuluan
Kita baru saja merayakan kelahiran Yesus Kristus, dan kita sudah seharusnya bisa merasakan betapa besar kasih Allah kepada kita dengan mengutus AnakNya. Selain itu, kita juga telah melewati tahun 2013 ini dengan berbagai moment hidup baik itu suka maupun duka. Sepanjang tahun ini pasti banyak berkat yang sudah kita terima dari Tuhan, misalnya kesembuhan dari penyakit, lepas dari pencobaan, berhasul dalam usaha dan pendidikan. Tidak ada yang mampu meberikan semuanya itu kecuali Tuhan kita yang maha besar. Dengan demikian sudah sepatutnya kita mengucap syukur untuk semuanya itu, untuk penyelamatan Yesus Kristus dan untuk berkat Tuhan yang tidak terhitung. Kita bersyukur bukan supaya kita mendapatkan sesuatu dari Tuhan tetapi karena kita sudah mendapatkan sesuatu dan banyak hal dari Tuhan.

Kolose 3:15-17 (Khotbah Minggu, 29 Desember 2013)

Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam hatimu

Pendahuluan
Untuk mengetahui tujuan penulisan surat, kita perlu tahu kondisi jemaat yang dikirimi surat, keduanya saling berkaitan. Dari pembacaan ayat-ayat di atas, kita mengetahui adanya pengaruh ajaran yang salah dalam jemaat Tuhan. Ajaran-ajaran Yunani berusaha masuk ke dalam gereja. Ajaran-ajaran tersebut salah karena tidak kembali kepada Kristus. Jemaat Kolose sudah merendahkan diri, beribadah kepada malaikat dan mendapatkan penglihatan, tapi menurut Paulus semuanya itu salah karena tidak kembali kepada Kristus. Paulus dalam surat Kolose berkali-kali menekankan untuk kembali kepada Kristus. Kolose 1 adalah salah satu pengajaran yang penting mengenai Kristologi.
·         Kolose 1:3-5 : Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil.
·         Kolose 1:8 : Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.
·         Kolose 2:16 : Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
·         Kolose 2:18-19 : Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala, dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya.
·         Kolose 2:23 : Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.

Matius 1:18-25 (Khotbah Natal, 25 Desember 2013)

KELAHIRAN YESUS KRISTUS

Natal adalah sesuatu yang khusus bagi setiap orang percaya, dan identitas yang tidak dapat dipisahkan dari kekristenan. Ada  banyak orang atau tetangga yang tidak pernah kita lihat pergi ke gereja, tiba-tiba di bulan Desember, ada pohon Natal di rumahnya, bahkan dia sendiri pergi ke gereja. Memang, Natal adalah identitas kekristenan, tetapi seringkali kita hanya disibukkan dengan hal-hal lahiriah, sehingga tidak dapat memahami makna Natal yang sebenarnya. Melalui Matius 1:18-25, ada tiga perkara penting yang harus selalu kita ingat saat merayakan Natal:

Yohanes 1:1-14 (Khotbah Malam Natal, 24 Desember 2013)

YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK ALLAH

Natal arti katanya adalah kelahiran dari bahasa Portugis. Karena kata natal adalah kelahiran sehingga orang bisa salah memahami merayakan natal, kelahiran Kristsus itu, sama dengan merayakan perayaan ulang tahun manusia, yaitu bertambahnya usia kita. Sehingga ada yang menghitung umur Tuhan Yesus, dan mengucapkan “Happy Birthday Tuhan Yesus”. Ini salah pengertian. Yesus kekal adanya. Dia sudah ada sebelum penciptaan. Kita merayakan Natal bukan karena umur Yesus bertambah lagi, tapi suatu ungkapan syukur bahwa Allah telah bersedia menjadi manusia, tinggal diantara kita, dekat kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa. Kita merayakan Natal bukan untuk pesta pora, makan dan minum, karena Yesus ulang tahun.

Matius 3:1-12 (Khotbah Minggu Advent IV, 22 Desember 2013)

Persiapkan Jalan Untuk Tuhan

Pendahuluan
Injil Matius dikenal sebagai Injil yang sangat dekat dengan tradisi Perjanjian lama dan struktur Injil Matius juga dikenal sangat sistematis, dengan tema-tema yang terkait satu dengan yang lain. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami hubungan satu kisah dengan kisah-kisah berikutnya. Hal itu misalnya dapat dilihat dari bagian pendahuluan Injil Matius (Pasal 1-4) yang menjelaskan kelahiran Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Allah tentang kedatangan Mesias dari keturunan Daud, kisah kelahiranNya sesuai dengan nubuat PL. Penggenapan akan janji Allah tentang kedatangan Mesias, itu dipersiapkan sendiri oleh Allah dalam perjalanan sejarah umatNya ditengah-tengah dunia. Hal ini sangat jelas kelihatan dalam nats khotbash ini, khususnya dengan penampilan Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea. Pelayanan Yohanes Pembaptis adalah bagian yang task terpisahkan dari rencana pelayanan Yesus kepada Penduduk Yerusalem dan seluruh Yudea, dengan melayankan Baptisan pertobatan kepada mereka, sungguh menjadi titik awal pelayanan Yesus Kristus dalam sejarah keselamatan dunia. Singkat kata pelayanan Yohanes Pembaptis adalah pintu masuk bagi karya keselamatan di dalam hidup dan pelayanan Yesus Kristus.

Yesaya 35:1-10

Lihatlah Allahmu Akan Datang

Pendahuluan
Pasal 1-39 dari kitab Yesaya (Proto Yesaya) ini diyakini berasal dari zaman ketika Yehuda (kerajaan selatan), diancam oleh Asyur, negara tetangga yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya kepada Allah. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan. Diakui memang bahwa dalam banyak aspek bangsa Israel melakonkan peran nyata bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.

Nabi Yesaya mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Allah dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Allah akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan TUHAN.

Dalam nats ini, Yesaya ingin meyakinkan bangsa itu bahwa jika mereka mau mendengarkan Tuhan, maka bangsa-bangsa yang ingin menyerang mereka akan dihukum oleh Allah (pasal 34) dan dan keselamatan akan diperoleh oleh umat pilihan Allah tersebut.

Jadi, selain menyampaikan peringatan-peringatan Tuhan, Yesaya juga menyampaikan janji-janji Allah tentang keselamatan. Dan ketika janji itu digenapi maka Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga (Ay. 1).

Penjelasan
Ay. 1-3, Hukuman atas dosa berakibat fatal. Padang gurun dan padang tandus merupakan gambaran kengerian hidup. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru.

Ay. 4, dengan kalimat : “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati”, artinya pesan ini ditujukan kepada orang-orang yang sedang ketakutan, putus asa dan kecil hati karena menghadapi ancaman serangan musuh yang sangat kuat (Asyur). Kepada mereka dikatakan: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!". Kata “Ia sendiri datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Yesaya meyakinkan mereka bahwa Allah sendiri yang akan datang menyelamatkan bangsa itu dari ancaman bangsa-bangsa asing. Hal yang kurang lebih sama pernah disampaikan Allah kepada bangsa itu melalui Musa : “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Kel. 14:14).

Ay. 5, “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka”. Sesungguhnya apa yang dialami oleh bangsa Israel adalah akibat dari dosa mereka sendiri yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, namun oleh karena kasih setiaNya, Allah berkenan untuk menyelamatkan mereka. Itu sebabnya Yesaya mengatakan bahwa pada waktu Allah bertindak untuk menyelamatkan mereka, maka akan terjadi pemulihan dalam kehidupan bangsa itu. Mereka yang selama ini buta/tidak melihat perbuatan-perbuatan Allah dalam kehidupannya dan yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan, akhirnya akan terbuka mata dan telinga mereka dan menyadari betapa kasih setia Allah senantiasa menyertai kehidupannya.

Ay. 6, “Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”; Pemulihan tersebut akan berlanjut, mereka akan bersukacita, bukan hanya dalam kehidupan pribadi-pribadi tetapi juga dalam kehidupan masyarakat secara umum. Sumber-sumber penghidupan akan kembali terbuka dan mujizat akan terjadi. Sehingga sukacita besar akan mewarnai kehidupan mereka. Sukacita besar terjadi karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia. Sukacita itu digambarkan secara jelas dalam Ay. 10 : ”dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh”.

Ay. 7, “tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air”. Keselamatan yang dari Allah itu juga akan membawa mereka kepada kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Allah akan memulihkan tanah mereka, sehingga bisa kembali subur dan menjadi sumber penghidupan yang layak. Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan.

Ay. 8-10, Umat yang ditebus akan hidup menurut jalan kudus, di mana kekotoran moral akan ditiadakan, demikian juga singa-singa rakus yang melambangkan kejahatan Iblis. Di jalan itu orang bodoh atau yang tidak berhati-hati pun, jika mereka telah ditebus dan lahir baru, bisa lewat dan tidak tersesat. Orang-orang yang pergi ke Kota Kudus melalui jalan raya ini dari Babel, yaitu Kota Kebinasaan, akan ditandai oleh sukacita khusus yang tidak dikenal oleh dunia, mereka akan menyanyikan pujian syukur yang tidak pernah bisa dinyanyikan oleh orang yang tidak diselamatkan.

Refleksi
Dalam menghadapi situasi kehidupan saat sulit, seringkali kita menjadi tawar hati dan takut bahkan cenderung menjadi putus asa dan apatis, mungkin karena tekanan kondisi ekonomi yang sulit, rumah tangga yang hancur, tekanan pekerjaan, tekanan sosial, dll. Kita hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan dihantui oleh ancaman mutasi yang tidak jelas alasannya, hidup bergereja dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, melihat orang-orang yang dengan jelas-jelas menyalahgunakan kekuasaan, wewenang dan jabatan demi kepentingan diri sendiri, orang-orang yang memperjual-belikan hukum di negara kita ini. Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita alami dalam hidup ini, bahkan dalam hidup berkelompok, bergereja, bermasyarakat dan berbangsa. Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita dan pesimistis, seperti: dukacita dan kesedihan karena kehilangan orang-orang yang dikasihi, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Namun dalam kondisi demikian firman Tuhan mengingatkan kita: “Jangan Takut, kuatkan hatimu”, sebab ada Tuhan kita yang baik sanggup melepaskan kita dari segala macam tekanan apapun, asal kita mau membuka mata untuk melihat perbuatan-perbuatanNya yang ajaib dan mau mendengar firmanNya setiap waktu.

Keselamatan yang dari Allah akan membawa pemulihan bagi kita, bukan hanya secara pribadi, tetapi lebih luas lagi Allah sanggup memulihkan bangsa kita, mencelikkan mata rohani yang buta, membuka telinga yang tidak mau mendengar kebenaran firman Tuhan, setelah itu maka sumber-sumber kehidupan akan dipulihkan dan kita akan bersukacita menikmati kesejahteraan dan kehidupan sebagai masyarakat madani yang makmur dan sejahtera.


Untuk itu mari kita menaruh pengharapan kita senantaisa kepada Tuhan, dan jangan khawatir akan situasi hidup kita hari ini. Sebab Allah kita yang besar sanggup melakukan segala hal untuk membawa kita kepada keselamatan. Gereja juga tidak perlu secara membabi buta mempertahankan dirinya atas tekanan pihak lain, karena Allah akan berperang di pihak kita.    Amin.

Zakaria 9:9-10 (Khotbah Minggu Advent II, 8 Desember 2013)

Menanti Dengan Hati Damai

1.     Zakaria dan Nabi Hagai hidup di zaman yang sama, yaitu zaman bangsa Israel sudah kembali dari masa pembuangan di Babel. Ketika pulang ke Yerusalem, mereka mendapati Bait Allah sudah hancur dan mereka memang akan membangunnya kembali.

Arti nama Zakaria adalah Allah mengingat. Zakaria membawa pesan bahwa meskipun keadaan Yerusalem tengah porak poranda, Allah tetap mengingat umat-Nya. Allah akan menggenapi janji-Nya walaupun karena penghukuman Allah keadaan, tengah hancur lebur. Tetapi harapan tetap ada karena Allah menyertai umat-Nya yang bertobat.

Zakaria bahkan memberikan janji tentang kedatangan Mesias yang sangat unik. Mesias itu adalah raja yang akan datang dengan menunggang keledai. Ia lemah lembut dan membawa berita damai yang akan diberitakan sampai kepada semua bangsa. Seorang raja tidak biasa menunggang keledai. Biasanya raja menunggang kuda yang gagah perkasa dan dengan kekuatannya akan mengalahkan musuh-musuhnya. Tetapi ternyata cara Allah lain dengan cara manusia.