“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu" Yohanes 15:16

Rabu, 28 Maret 2012

Markus 11:1-11 (Khotbah Minggu, 1 April 2012)


Keledai Muda Yang Melayani Tuhan Yesus

Pendahuluan
Keberadaan Tuhan Yesus di suatu tempat selalu menarik perhatian banyak orang. Tidak heran mengapa orang banyak selalu ingin melihatNya sebab namaNya sudah begitu populer dan apa yang diperbuatNya selalu menjadi pembicaraan khalayak ramai. Tuhan Yesus banyak melakukan mujizat; mengubah air menjadi anggur, mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan orang-orang sakit bahkan membangkitkan orang mati. Kedatangan Tuhan Yesus ke Yerusalem disambut oleh orang banyak dan namaNya dielu-elukan. Ia disambut bagai seorang raja. Memang Tuhan Yesus adalah Raja, namun tidak seperti raja yang dibayangkan oleh banyak orang yang mengelu-elukanNya saat di Yerusalem itu.

Keledai Sederhana Yang Dipakai Tuhan (Ayat 1-7)
Sewaktu Tuhan Yesus dan murid-muridnya telah dekat Yerusalem, Yesus menyuruh dua orang muridNya untuk pergi ke kampung di depan dan mereka akan menemukan seekor keledai muda yang tertambat untuk dibawa kepada Tuhan Yesus. Keledai muda itu belum pernah ditunggangi orang. Pada zaman itu, keledai digunakan sebagai alat transportasi. Kemudian kedua murid Yesus melakukan apa yang Yesus perintahkan dan mereka membawa keledai itu kepada Yesus. Mereka mengalasi punggung keledai itu dengan baju mereka dan Tuhan Yesus naik ke atasnya. Tuhan Yesus duduk di atas keledai itu dan pergi menuju Yerusalem.

Tuhan Yesus menggunakan keledai dan bukan seekor kuda. Hal ini menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (Zak. 9:9). Kuda adalah simbol dari kekuatan dan keperkasaan dan memiliki asosiasi yang kuat dengan peperangan (band. Yes. 31:1–3; 1 Raja 4:26), namun Tuhan Yesus memilih menggunakan keledai. Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi, Tuhan Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah.

Kutipan dari Zak. 9:9 menyebutkan bahwa raja yang datang dengan keledai beban yang muda itu adalah raja yang lemah lembut. Sehingga hal ini semakin menegaskan bahwa wajah Mesias yang datang tidaklah sesuai dengan keinginan orang-orang Yahudi, yaitu sebagai raja yang akan membebaskan mereka dari jajahan Romawi dan mengembalikan kejayaan Israel seperti pada zaman raja Daud.

Sambutan Meriah (Ayat 8-11)
Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Israel biasa menggunakan daun-daun palem di Bait Allah dalam perayaan Pondok Daun dan mereka sudah menyiapkan sebelumnya dari rumah, kemudian ketika mereka bertemu dengan Yesus mereka melambai-lambaikan daun-daun palem tersebut. Tindakan mereka tersebut menjadi sebuah tanda penghormatan kepada seorang pemenang atau untuk menyambut pahlawan perang yang baru kembali dari pertempuran. Bukan itu saja, mereka juga menghamparkan pakaian mereka di jalan yang dilalui Tuhan Yesus. Orang banyak menyambut kedatanganNya bagaikan seorang Raja yang pulang dengan membawa kemenangan.

Tuhan Yesus mempunyai misi yang lebih besar daripada sekedar membebaskan Israel dari penjajahan. Tuhan Yesus bukan saja mau menyelamatkan ‘orang Israel’ tapi Ia mau menyelamatkan ‘manusia’ dari kematian akibat dosa. Untuk menggenapi misi itu Ia harus menjalani kematian di kayu salib, Ia harus menderita demi manusia. Dapat kita bayangkan betapa sedihnya Tuhan Yesus atas sambutan meriah dari orang banyak di Yerusalem saat itu, sebab sebab mereka tidak mengerti bahwa harapan mereka justru berbalik dengan maksud Allah. Bahwa Tuhan Yesus justru harus mati di kayu salib. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus tidak menggubris sambutan orang banyak itu sebagaimana layaknya selebriti yang meresponi sambutan para fans-nya. Tetapi Tuhan Yesus langsung menuju Bait Allah.

Refleksi
Dari nas ini kita mau belajar sesuatu dari pelayanan seekor keledai. Keledai ini hanya mahluk biasa, dia bukanlah makhluk  yang penting. Keledai ini dapat dipakai sebagai alat transportasi tetapi tanpa keledai pun sebenarnya Tuhan Yesus masih bisa jalan kaki, naik kuda atau kereta dorong. Keledai adalah makhluk yang sederhana. Seringkali dilukiskan bahwa keledai adalah seekor hewan yang bodoh. Keledai dapat dua kali jatuh ke lubang yang sama. Tetapi sungguh luar biasa bahwa Tuhan Yesus mau memakai keledai yang biasa ini untuk bersama-sama menjalankan misinya di dunia ini. Keledai yang sederhana ini dipakai Tuhan Yesus untuk mengantar Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem untuk mati di kayu salib, mengantar Tuhan Yesus yang akan menghapuskan dosa umat manusia. Mungkin keledai ini hanya melayani sebentar saja dan kelihatannya tidak begitu penting. Tetapi sungguh indah bahwa Tuhan ‘memerlukan’ pelayanan keledai ini. Kalau keledai ini bisa berpikir sebagai manusia maka dia akan sangat bersyukur. Keledai ini berpikir bahwa saya adalah seorang yang bodoh. Bisakah saya berguna buat Tuhan? Mengapa saya yang kecil dan sederhana ini mau Tuhan pakai. Mengapa bukan teman-teman saya yang Tuhan pakai untuk melayani Tuhan?

Kita semua adalah manusia yang sederhana. Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak berguna. Kita mungkin berpikir bahwa kita bodoh. Tetapi Tuhan mau memakai kita yang sederhana dan bodoh ini untuk menjalankan misi Kerajaan Allah. Kalau Tuhan mau pakai, kita yang sederhana ini bisa menjadi berguna di tangan Tuhan. Dalam waktu yang singkat pun, Tuhan mau memakai kita untuk melayaniNya. Keledai itu hanya menghantar Tuhan Yesus dari luar pintu gerbang kota menuju pusat kota, sungguh singkat perjalanannya. Bersyukurlah, jika kita masih dipakai Tuhan untuk melayaniNya sampai hari ini. Mungkin di antara ada yang sudah melayani Tuhan setahun, dua tahun bahkan puluhan tahun lamanya.

Dalam pelayanan kita bisa saja kita merasa lelah, terbeban, bahkan frustasi. Kiranya nas ini menumbuhkan semangat kita kembali, bahwa Tuhan Yesus ‘memerlukan’ kita untuk melayaniNya. Dan bahwa pelayanan kita merupakan bagian dari misi Allah Bapa untuk keselamatan dunia. patut kita syukuri bahwa kita masih dipakai olehNya menjadi salah satu alat untuk menjalankan misiNya.

Satu hal lagi, sambutan meriah, hamparan pakaian dan daun palem di Yerusalem saat itu adalah untuk menyambut dan mengelu-elukan nama Tuhan Yesus… bukan menyambut keledai yang ditunggangiNya. Oleh sebab itu, kesuksesan pelayanan kita bukanlah untuk kemuliaan nama kita tetapi untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika pelayanan kita terbilang sukses, janganlah menjadi sombong. Biarlah pujian atas keberhasian pelayan yang kita lakukan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin.

Pdt. Anthony L Tobing

Postingan Terkait



6 komentar:

pargodungan mengatakan... Balas

Pujilah dan muliakanlah Yesus Kristus dengan ketaatan yang penuh. Kedua murid Yesus menunjukkan ketaatan penuh kepadaNya sehingga mereka mau mencari keledai sesuai perintah Tuhan Yesus. Bahkan keledai sekali pun menunjukkan ketaatan penuh kepada Yesus Kristus. Sebab, bukankah biasanya keledai yang tidak pernah ditunggangi tidak mudah untuk ditunggangi pertama kalinya? Tapi Tuhan Yesus tidak mengalami kesulitan, karena keledai tersebut juga menunjukkan ketaatannya pada Tuhan. Ketaatan itu adalah sikap tunduk pada keinginan dan kehendak Allah. Itulah adalah salah satu cara memuliakan Tuhan.
Nice post! :)

Anthony L Tobing mengatakan... Balas

@pargodungan:Trimakasih atas refleksinya... Tuhan Yesus memberkati!

Unknown mengatakan... Balas

TRIMA KASIH BPK ATAS RENUNGAN REFLEKSINYA..TUHAN YESUS MEMBERKATI.

A. Binoto A. mengatakan... Balas

Terima kasih 🙏

SD 1 TUMPANGKRASAK mengatakan... Balas

Saya sangat terberkati oleh renungan Bapak, terimakasih

Unknown mengatakan... Balas

Tuhan Yesus Kristus, melalui perikop Markus 11 1-11 kita anak-anak Tuhan jangan sombong dengan keberadaan kita masing-masing, pandanglah Beliau yang berkuasa di bumi dan sorga, rendah hati dan lemah lembut, Mari kita hidup seperti Beliau.